Kamis, 21 April 2016

Berdamai dengan Hati

Aku resmi berdamai. Pada rasa yang pernah ada. Pada rasa yang kutemukan sendiri, lalu kubuang karena tak kuasa menyimpannya sendiri begitu lama. Harus kubuang karena aku tak punya lagi tempat untuk menggantung rasa itu. Dia sudah pergi bersama yang lain yang telah takdir pilihkan untuknya.

Kecewa dan menyesal? tentu saja!

Aku kecewa pada diriku sediri karena terlarut pada rasa yang tak seharusnya kusimpan waktu itu. Aku menyesal atas semua rasa dan hayal yang pernah kurangkai untuk dia. Aku merasa berdosa jika terus membiarkan rasa itu ada. Berdosa pada diriku sendiri dan berdosa pada temanku yang telah bersama dia kini. Tentu saja yang paling aku takutkan adalah Dia yang akan marah padaku karena mengaharap seseorang yang bukan ditakdirkan untukku. Huh!

Berat memang saat pertama kali mendengar kabar tentang mereka. Tentang dia yang sempat mengisi ruang hayalku ternyata tak ditakdirkan untukku, tapi untuk seseorang yang bisa dikatakan sahabatku sendiri. Teman perjuangan yang telah melewati banyak hal bersamaku. 

Tidak rela. Ya, mungkin awalnya begitu. Beberapa waktu aku merasa ada ganjalan rasa yang muncul saatku bertatap muka langsung dengan dia, sahabatku. Kami menjadi seperti punya sekat yang aku sendiri bahkan enggan untuk menghilangkan sekat antaraku dan dia. Tapi hari ini, aku resmi ikhlas. 

Ikhlas pada takdir yang telah membawa dia pergi pada sahabatku. Ikhlas pada takdir yang pernah membuatku kecewa pada sebuah rasa hingga aku menjadi malu setengah mati. Pada langit, pada angin, bahkan pada pasir yang kuinjak. Tempat aku pernah mengisahkan rasaku pada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar