Selasa, 22 September 2015

Rajutan Mimpi Aku dan Dia



Siang itu kami merajut mimpi bersama. Ditempat yang suci. Tempat beribu macam doa berdengung di dalamnya.  Tempat seruanNya dikumandangkan. Dan tempat jiwa yang lelah menghadap dan memohon pertolongan kepadanya.

            Dua pohon yang tumbuh didepan bangunan suci itu semakin menambah syahdu dan khusyu’ lingkungan sekitar. Kalimat rajutan mimpi yang kami untai semoga saja terpantul pada setiap partikel doa yang berdengung disana. Sehingga Dia yang maha mendengar berkenan mengabulkan permohonan kami si pemimpi yang sangat berharap pada kemurahan dan keridhoanNya. 

            “Mit, keren ya Oki dan Rita. Habis wisuda langsung lanjut S2. Beasiswa PMDSU pula. Kuliah empat tahun langsung dapat gelar doctor, euy. Sedang kita masih disini.”

            Yah! Wajarlah jika kalimat semacam itu terlontar dibibir mahasiswa tahun lewat. Parahnya lagi ada yang menyebut dengan mahasiswa tahun expired. Sedih memang. Saat teman-teman sudah banyak yang pergi meninggalkan kampus. Sedang kita masih berkutat dengan sekian beban SKS kuliah yang harus diselesaikan. Penelitian yang tidak meunjukkan kemajuan semakin membuat hati nelangsa. Mengeluh? Yah! Orang-orang yang tak merasakan perasaan itu mungkin akan menganggap perbuatan itu seperti orang yang tak tahu agama. Seperti orang yang tak bersyukur atas karunia tuhannya. 

            Apalah mau dikata. Hati yang nelangsa tak kan mempan bila orang-orang hanya berkata, “syukuri saja apa yang sedang terjadi padamu! Bahkan kamu lebih bersyukur jika dibanding mereka yang ingin sekolah tapi tak punya biaya!”

            Huft! Mungkin hanya itu yang mereka bisa. Berharap orang-orang yang sedang merasa kurang beruntung bisa kembali bersyukur atas nikmat sang Maha Pengasih dan Pemurah.

            Meski aku bukan masuk kategori mahasiswa tahun teramat lewat tapi aku mengerti perasaannya. Sebagian besar teman-teman yang sudah melepaskan status mahasiswanya dan pergi meninggalkan kampus menyisakan perasaan sepi yang lain. Tapi aku beruntung karena seorang teman dekat masih bersamaku. Meski akan pergi sebelum aku.

            Perasaan mengerti dan mungkin perasaan yang akan merasakan hal yang sama yang membuatku hanya membalas ucapannya dengan senyuman. Lalu sambil memeluknya aku berkata, “Ka Enji, mungkin kita yang tertunda menyelesaikan studi kita ini akan tereksitasi ke tempat yang energi nya lebih tinggi. Tempat yang lebih indah yang sebenarnya memang Allah persiapkan untuk kita. Bisa jadi apa yang kita alami sekarang adalah jalan yang harus kita lalui agar kita sampai kesana. Bisa jadi mereka yang lancar-lancar saja perjalanannya itu akan tetap berada diorbitalnya sekarang. Tapi kita, semoga tereksitasi ke tempat yang lebih Indah.”

            Well, ibarat atom. Elektron dalam atom berada dilintasannya masing-masing. Elektron itu adakalanya akan mengalami eksitasi ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi. Agar sampai kesana membutuhkan energi yang sangat banyak agar loncatan elektron tersebut mencapai tempat tujuan yang sebenarnya.

            Semoga apa yang kami ucapakan, rasakan dan hayalkan hari itu diaminkan oleh malaikat ditempat yang suci itu. Masjid Fakultas tempat kami merajut mimpi semoga menjadi saksi dimasa nanti bahwa kami pernah menyulam mimpi bersama dibawah atapnya. Amiin.

Masjid Fakultas MIPA UNAND, 8 September 2015

2 komentar:

  1. Eh, maaf ya, u penulisan Kata ganti Tuhan, semisal Nya, Maha sebaiknya pake huruf besar ya. Trus judul ama isi ga nyambung. Kan judulnya rajutan mimpi aku dan dia. Padahal isinya "kami" ga cuma "dia" toh. Maaf ya

    BalasHapus