Siang itu kami merajut mimpi bersama. Ditempat yang suci. Tempat
beribu macam doa berdengung di dalamnya.
Tempat seruanNya dikumandangkan. Dan tempat jiwa yang lelah menghadap
dan memohon pertolongan kepadanya.
Dua pohon yang tumbuh didepan
bangunan suci itu semakin menambah syahdu dan khusyu’ lingkungan
sekitar. Kalimat rajutan mimpi yang kami untai semoga saja terpantul pada
setiap partikel doa yang berdengung disana. Sehingga Dia yang maha mendengar
berkenan mengabulkan permohonan kami si pemimpi yang sangat berharap pada kemurahan
dan keridhoanNya.
“Mit, keren ya Oki dan Rita. Habis
wisuda langsung lanjut S2. Beasiswa PMDSU pula. Kuliah empat tahun langsung dapat
gelar doctor, euy. Sedang kita masih disini.”
Yah! Wajarlah jika kalimat semacam
itu terlontar dibibir mahasiswa tahun lewat. Parahnya lagi ada yang menyebut
dengan mahasiswa tahun expired. Sedih memang. Saat teman-teman sudah
banyak yang pergi meninggalkan kampus. Sedang kita masih berkutat dengan sekian
beban SKS kuliah yang harus diselesaikan. Penelitian yang tidak meunjukkan
kemajuan semakin membuat hati nelangsa. Mengeluh? Yah! Orang-orang yang tak
merasakan perasaan itu mungkin akan menganggap perbuatan itu seperti orang yang
tak tahu agama. Seperti orang yang tak bersyukur atas karunia tuhannya.
Apalah mau dikata. Hati yang
nelangsa tak kan mempan bila orang-orang hanya berkata, “syukuri saja apa yang
sedang terjadi padamu! Bahkan kamu lebih bersyukur jika dibanding mereka yang
ingin sekolah tapi tak punya biaya!”
Huft! Mungkin hanya itu yang mereka
bisa. Berharap orang-orang yang sedang merasa kurang beruntung bisa kembali
bersyukur atas nikmat sang Maha Pengasih dan Pemurah.
Meski aku bukan masuk kategori
mahasiswa tahun teramat lewat tapi aku mengerti perasaannya. Sebagian besar
teman-teman yang sudah melepaskan status mahasiswanya dan pergi meninggalkan
kampus menyisakan perasaan sepi yang lain. Tapi aku beruntung karena seorang
teman dekat masih bersamaku. Meski akan pergi sebelum aku.
Perasaan mengerti dan mungkin
perasaan yang akan merasakan hal yang sama yang membuatku hanya membalas
ucapannya dengan senyuman. Lalu sambil memeluknya aku berkata, “Ka Enji,
mungkin kita yang tertunda menyelesaikan studi kita ini akan tereksitasi ke
tempat yang energi nya lebih tinggi. Tempat yang lebih indah yang sebenarnya
memang Allah persiapkan untuk kita. Bisa jadi apa yang kita alami sekarang
adalah jalan yang harus kita lalui agar kita sampai kesana. Bisa jadi mereka
yang lancar-lancar saja perjalanannya itu akan tetap berada diorbitalnya
sekarang. Tapi kita, semoga tereksitasi ke tempat yang lebih Indah.”
Well, ibarat atom. Elektron
dalam atom berada dilintasannya masing-masing. Elektron itu adakalanya akan
mengalami eksitasi ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi. Agar sampai
kesana membutuhkan energi yang sangat banyak agar loncatan elektron tersebut
mencapai tempat tujuan yang sebenarnya.
Semoga apa yang kami ucapakan,
rasakan dan hayalkan hari itu diaminkan oleh malaikat ditempat yang suci itu.
Masjid Fakultas tempat kami merajut mimpi semoga menjadi saksi dimasa nanti
bahwa kami pernah menyulam mimpi bersama dibawah atapnya. Amiin.
Masjid Fakultas
MIPA UNAND, 8 September 2015
Hai Misa!
BalasHapusEh, maaf ya, u penulisan Kata ganti Tuhan, semisal Nya, Maha sebaiknya pake huruf besar ya. Trus judul ama isi ga nyambung. Kan judulnya rajutan mimpi aku dan dia. Padahal isinya "kami" ga cuma "dia" toh. Maaf ya
BalasHapus